Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Membangun Meaning

Saya sangat tergugah dengan artikel yang ditulis Rhenald Kasali di Kompas. Ironisnya, artikel di rubrik bisnis keuangan ini malah tidak membahas bagaimana mendapat uang seperti artikel lain di rubrik yang sama, melainkan bagaimana nilai uang bisa dikalahkan dengan harapan untuk mendapat hal yang lebih berarti. Link artikel nya klik di sini . Iya, di sana dituliskan tentang perjalanan manusia-manusia idealis yang sudah sangat jarang ditemukan di jaman serba pragmatis ini. Jangan membangun karir demi mendapat banyak uang dari jalan yang halal, dari jalan yang haram saja sudah sangat biasa. Bagaimanapun, bagi saya artikel seperti ini bagai memberi seteguk air di tengah dahaga. Bahwa uang tidak selalu memberi kepuasan batin bila tidak diimbangi dengan memberikan satu nilai bermanfaat untuk orang lain, apalagi mereka yang membutuhkan. Sebaliknya "kekurangan" materi tetap memberikan kebahagiaan bila kita berbuat hal luar biasa yang dapat menyelamatkan manusia, bumi, ideo

Media Sosial

Gambar
Memiliki akun di media sosial saat ini sudah menjadi "wajib" meskipun kita bisa memilih untuk memilikinya atau tidak. Memang akhirnya ada yang memilih untuk tidak memiliki sama sekali. Namun untuk kita yang punya akses ke internet, punya komunitas, setidaknya minimal komunitas teman sekolah dahulu, memilih untuk sama sekali tidak membuat akun di media sosial adalah pilihan yang cukup extreme. Kalau pilihan tersebut dianggap "extreme kanan", maka ada juga "extreme kiri" yang menjadikan media sosial bukan sebagai alat, tapi lebih menjadi tujuan. Menjadi tujuan maksudnya seperti apa? Iya, ketika dulu kita mengupload foto ke akun seperti facebook, multiply, instagram, dan kawan-kawannya biasanya sekedar untuk menyimpan memory atau sharing ke beberapa temen saja, maka sekarang ada yang melakukan berbagai aktivitas dengan tujuan akhir mendapat foto yang bisa memberi "pengaruh" di media sosial, setidaknya pengaruh untuk kepuasan emosionalnya sendiri