Media Sosial

Memiliki akun di media sosial saat ini sudah menjadi "wajib" meskipun kita bisa memilih untuk memilikinya atau tidak. Memang akhirnya ada yang memilih untuk tidak memiliki sama sekali. Namun untuk kita yang punya akses ke internet, punya komunitas, setidaknya minimal komunitas teman sekolah dahulu, memilih untuk sama sekali tidak membuat akun di media sosial adalah pilihan yang cukup extreme. Kalau pilihan tersebut dianggap "extreme kanan", maka ada juga "extreme kiri" yang menjadikan media sosial bukan sebagai alat, tapi lebih menjadi tujuan.

Menjadi tujuan maksudnya seperti apa? Iya, ketika dulu kita mengupload foto ke akun seperti facebook, multiply, instagram, dan kawan-kawannya biasanya sekedar untuk menyimpan memory atau sharing ke beberapa temen saja, maka sekarang ada yang melakukan berbagai aktivitas dengan tujuan akhir mendapat foto yang bisa memberi "pengaruh" di media sosial, setidaknya pengaruh untuk kepuasan emosionalnya sendiri. Ambil contoh foto travelling, dulu kita travelling ke suatu tempat yang menarik, melihat background pemandangan yang indah, lalu mendokumentasikan dalam foto atau video, dan mengunggahnya ke media sosial. Sukur-sukur kalau ada yang melihat, suka, dan komentar, kalau enggak ya setidaknya dokumentasi kita aman karena sudah tersimpan di "awan" dan bisa diakses dari mana saja saat memerlukannya.

Tapi sekarang, untuk beberapa orang pola biasa seperti itu telah berubah. Efek viral penyebaran informasi sepertinya bisa menimbulkan efek psikologis untuk bersaing. Di samping itu keaktifan di media sosial seperti menjadi syarat untuk eksistensi dalam komunitasnya. Ketika teman-teman dalam lingkarannya sering mengunggah foto, misal foto travelling dengan destinasi yang wow, mungkin ada yang melihat merasa iri dan tidak mau kalah, sehingga dia segera membuat rencana segera mendatangi tempat yang sama atau bahkan yang lebih wow. Ketika terjadi hal seperti ini, maka alur prosesnya menjadi : melihat foto teman di tempat yang wow -gak mau kalah - datang ke tempat sejenis - ambil foto sebanyak-banyaknya dan sebagus-bagusnya - unggah ke media sosial - berharap komentar dan pujian. Ini semakin trending dengan adanya budaya selfie dan munculnya berbagai peralatan yang mendukungnya seperti tongsis dan gopro.
Mungkin penyebutan saya ini terdengar "nyinyir", tapi memang fenomena ini ada dan tidak selalu salah. Setidaknya dengan dorongan itu, traveling menjadi semakin populer dan memberi banyak manfaat ekonomis bagi pihak terkait baik untuk wisata dalam negeri maupun luar negeri. Begitu juga dengan pameran "makanan" bisa mengangkat industri kuliner yang juga banyak dilakoni pengusaha kecil dan menengah. Tapi bila "pameran" ini untuk hal lain seperti barang mewah, humm, saya gak tahu deh apa efek positifnya. 
Bagi saya sendiri, mungkin memang pernah juga mengunggah foto untuk tujuan pamer, tapi saya berusaha untuk tidak menjadikan aktifitas saya dengan niatan untuk mengisi media sosial. 
Akun media sosial yang saya punya juga memiliki karakteristik masing-masing, seperti Facebook yang paling gado-gado dengan lingkaran pertemanan paling banyak, ada sharing info, pameran alias show-off, opini dan debat, dukung-mendukung capres, dan banyak lagi. Lalu ada Path yang lingkarannya lebih terbatas, lebih akrab tapi lebih banyak isi show-off daripada sharing info. Instagram, saya buat khusus untuk mengunggah foto hasil kreasi dan alat mendukung bisnis. Twitter, sarat akan informasi penting dan bermanfaat, tapi orang dekat sangat sedikit, ini memang tergantung siapa yang kita follow. Lalu Pinterest, media yang satu ini sangat informatif, inspiratif, dan mampu memacu kreatifitas dan produktifitas saya dalam crafting, really love it. 
Meskipun bukan kontributor atau komentator aktif, saya hanya berusaha membuat media sosial sebagai alat dan menjaganya tetap seimbang, agar tidak mengisi kepala kita dengan informasi sampah. Jadi apapun media sosial dan seberapa aktif kita, sebaiknya gunakan dengan sebijak mungkin dan jangan sampai itu merusak hidup kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MM UGM Jakarta

Tanjung Keluang

Taman Nasional Tanjung Puting