New Wave Marketing dan Perdagangan Syariah

Mungkin sekarang kita sering mendengar atau membaca istilah "New Wave Marketing" yang diperkenalkan para pakar marketing seperti dari Markplus. Untuk yang belum tahu, konsep ini merupakan salah satu trend marketing di era komunikasi digital dan online yang semakin memungkinkan pola marketing secara horisontal. Artinya kampanye produk tidak lagi dilakukan dari produsen ke konsumen, tetapi menjadi sejajar di mana konsumen juga bisa secara tidak langsung menjadi pengiklan atau penjual produk.

Dengan pola ini produsen tidak lagi bisa mengatur dan membohongi konsumen. Konsumen sekarang tampil lebih cerdas dan bahkan bisa mengetahui seluk beluk produk dan pasarnya ketimbang para pemasarnya. Bagi kita sebagai konsumen, asalkan mau cerdas dan jeli mencari informasi trend ini tentu sangat menguntungkan. Karena ini berarti kita bisa mempelajari produk, membandingkan, mencari resensi, sebelum memutuskan untuk membeli.

Sebagai pebisnis, ini juga dapat menguntungkan. Karena saya optimis pesaing yang 'bermain-main' dan tidak jujur akan kalah cepat atau lambat. Tapi memang di satu sisi menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah untuk menjadikan produk dan bisnis kita memperoleh konsumen loyal yang mau mengkampanyekan produk kita.

Ada beberapa elemen dalam new wave marketing sebagaimana dimuat dalam the-marketeers.com yang dikenal dengan 12C, yaitu:

1. Communitization
Di sini, pemasar harus bisa membentuk suatu komunitas maupun memanfaatkan komunitas untuk mendukung aktivitas pemasaran. Dalam komunitas, ada ikatan antaranggota komunitas karena mereka memiliki faktor pengikat, seperti kesamaan hobi, interes, nilai, dan sebagainya.  Berbeda dengan segmentasi di mana antar anggota tidak saling kenal dan juga tidak peduli.

2. Confirming
Proses ini sejalan dengan langkah awal komunitisasi di atas. Usai kita bisa mengindentifikasi sejumlah komunitas, kita akan mengkonfirmasi ke komunitas mana kita akan bergabung.

3. Clarification
Klarifikasi dilakukan dengan menjelaskan persona maupun karakter kita kepada komunitas yang sudah kita confirm sebelumnya dengan memberikan jawaban siapa diri kita sebenarnya.

4. Codification
Kodifikasi merupakan proses memasukkan diferensiasi ke dalam “DNA” merek maupun pelanggannya. Perusahaan harus bisa mengindentifikasi perbedaan yang ada sampai ke “tingkat DNA” dan harus selalu terkonek  dengan para pelanggan sehingga mampu membuat produk yang sangat personal.

5. Co-creation
Langkah ini merupakan proses menciptakan produk dengan menjalin kemitraan dengan para pelanggan. Pelanggan dilibatkan dalam proses penciptaan produk.

6. Currency
Harga biasanya dimaknai secara tetap, sementara currency itu lebih fleksibel.

7. Communal Activation
Ini merupakan upaya mengaktifkan komunitas melalui pemimpin maupun aktivis komunitas sebagai pihak yang mampu memasarkan produk kepada para anggota komunitas lainnya.

8. Conversation
Ini merupakan upaya menciptakan percakapan, baik antara produsen dengan konsumennya maupun konsumen dengan konsumen lainnya.  Berbeda dengan promosi yang sifatnya satu arah dan atas bawah. Dalam percakapan, semua pihak yang terlibat adalah sejajar.

9. Commercialization
Proses ini bersifat dua arah di mana terjadi pertukaran nilai antara perusahaan dan pelanggan. Tak seperti dalam selling, komersialisasi tidak dilakukan secara langsung. Ada pengoptimalan peran rekomendasi antaranggota komunitas itu sendiri maupun antar pelanggan.

10. Character
Merek di era serba transparan ini harus mempunyai karakter—berorientasi pada nilai-nilai seperti keadilan, cinta pada pelanggan, menghormati pesaing, dan sebagainya. Karakter adalah “the true self”. Sedangkan brand adalah “the cover.” Sekarang ini, brand without character is nothing.

11. Caring
Caring is beyond service. Caring tidak sekadar melayani secara standar saja. Lebih dalam dari itu, care juga mengetahui apa yang menjadi kegelisahan dan impian dari orang-orang yang dilayani. Benar-benar memperlakukan orang yang dilayani sebagai subjek manusia.

12. Collaboration
Agar lebih kompetitif,  perusahaan tidak bisa berjalan sendiri. Ia harus mampu menjalin kolaborasi dengan banyak pihak. Dengan kolaborasi ini, perusahaan bisa menawarkan nilai lebih kepada pelanggan dan tentunya lebih kompetitif.

Bila kita perhatikan dan pahami, sebetulnya konsep new wave marketing ini mengarah pada bisnis yang idealis. Di mana ujung-ujung nya orientasi bisnis adalah kepuasan pelanggan, sebagai kunci kesuksesan bisnis itu sendiri. Atau bagi kita yang muslim, bila kita sering mendengar keteladanan rasul sebagai pedagang yang mengamalkan nilai-nilai syariah, elemen new wave marketing terutama "character" adalah sistem nilai yang sejalan dengan perdagangan syariah. 

Bila berabad-abad lalu Rasulullah mencontohkan sistem perdagangan sesuai nilai-nilai syariah yang mengdepankan kejujuran, kualitas, pelayanan yang baik, dan keadilan dalam penerapan yang sederhana di sistem perdagangan langsung, maka bisnis di era saat ini juga harus mengadopsi nilai-nilai tersebut. Hal ini didukung adanya teknologi internet dan social media di mana konsumen bisa saling berbagi, sehingga ketidakjujuran atau keburukan dari satu bisnis akan dengan mudah menyebar dan akan menghancurkan bisnis itu sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MM UGM Jakarta

Tanjung Keluang

Taman Nasional Tanjung Puting